Selasa, 11 Agustus 2020
RubelMu; "kembalinya anak-anak muhammadiyah yang hilang"
Diposting oleh ALI SHOLIHIN di Selasa, Agustus 11, 2020
Catatan ringan pada sebuah pertemuan
Oleh : Munawar.
Pagi yang sangat cerah di awal
kemarau ini. Mentari yang tak begitu terik mampu menyemangati para aktivis
Muhammadiyah Way Kanan untuk bergerak. Sebuah semangat yang merupakan anugerah
tersendiri dari Allah SWT. Ya, sebuah anugerah yang tidak diberikan kepada para
kader lainnya untuk menggerakan roda persyarikatan. Anugerah itu bernama
RubelMu.
“ Mas Iwan, bagaimana persiapan
Sabtu besok?”, saya bertanya kepada Mas Iwan. Salah satu kader Muhammadiyah
yang memiliki semangat diatas rata-rata.
“ Alhamdulillah, sudah siap mas.
Bahkan kemungkinan Tim dari PWM Lampung akan hadir”. Jawab Mas Iwan.
“ Oh ya, luar biasa kalau begitu.
Alhamdulillah”. Jawab saya.
Pagi telah beranjak siang. Bergegas
saya dan Mas Wasil menuju TK ABA Baradatu. Sebuah lembaga pendidikan milik
Muhammadiyah Way Kanan. TK ini disponsori penuh oleh Pak H. Kamino. Beliau
adalah salah satu pengurus Pimpinan Daerah. Mbah Kamino, biasanya saya
menyebutnya. Nama yang juga diabadikan menjadi Rumah Sakit Haji Kamino.
Sesampainya di lokasi, berbarengan
juga dengan Tim dari PWM Lampung. Dari jauh saya mengamati wajah yang tak
begitu asing. Namun belum teringat siapa dan dimana bertemu.
“ Ngopi dulu ya mas” , kata Ellen
menawarkan.
“ Sudah pasti kopi NA dong”.
Disebelah dalam Ketua NA menjawab.
Kopi NA merupakan kopi yang
dihasilkan di Kecamatan Banjit. Kopi yang di hasilkan merupakan kopi pilihan. Biji
kopi diambil adalah biji yang telah matang. Istilah lain adalah kopi petik
merah. Kopi NA dibuat dan dikembangkan oleh Pengurus Nasyiatul Aisyiah Way
Kanan. Kopi Asli dengan cita rasa menggoda.
Pertemuan ini sangat mengasyikkan.
Ajang silaturrahmi yang melahirkan kerinduan untuk sebuah pertemuan. Ya sebuah
pertemuan antar warga Muhammadiyah Way Kanan yang terlibat dalam bidang
pendidikan. Sebuah semangat yang ditunjukkan oleh kawan-kawan untuk terus
berkiprah di Muhammadiyah.
Saya juga melihat Bu Hj. Fatimah
Kamino. Sosok yang tidak asing bagi para aktivis Muhammadiyah Way Kanan. Sosok
yang begitu semangat untuk terus berjuang membesarkan Muhammadiyah. Sosok yang
juga sangat membantu perkembangan pendidikan PAUD/TK ABA Baradatu.
Demikian juga kawan-kawan dari
Negara Batin dan juga Way Tuba. Meskipun jarak tempuh yang tidak dekat,
kawan-kawan ini ikhlas meluangkan waktu untuk menghadiri kegiatan yang di
inisiasi oleh Majelis Dikdasmen PDM Way Kanan. Dalam hati saya berdoa, “ semoga
kader-kader Muhammadiyah lainya juga memiliki militansi untuk berkiprah di Muhammadiyah”.
Acara di mulai dengan beberapa saat
kemudian. Diawali dengan pembacaan kalam ilahi, menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan Mars Muhammadiyah (Sang Surya). Lagu Sang Surya; ya...apakah sudah hafal
semua? Mudah-mudahan sudah.
Kehormatan perdana diberikan kepada
Mas Wasil Prawira, selaku Pimpinan Daerah Muhammadiyah Way Kanan. Saya lihat,
aura yang begitu semangat terpancar. Semangat yang ada seakan telah terpatri
untuk mengembangkan pendidikan Muhammadiyah. Semangat menjadi modal berharga. Dimulai
dari jenjang pengkaderan sampai saat ini. Sungguh prolog yang luar biasa dan
sudah lama saya tidak mendengarnya dalam forum resmi.
Bangunan PAUD/TK ABA yang sudah
dilengkapi fasilitas AC menambah nyaman melalui agenda-demi agenda. Pun demikian
dengan rekan-rekan lainya, juga angat semangat. Kang Abidin, Kepala Sekolah SMP
Muhammadiyah Negara Batin juga sangat semangat. Diselingi snack dan tentunya
suguhan kopi NA. Seakan menambah daya juang yang terus menyala.
Waktu selanjutnya adalah materi
penting. Pak Muhammad Khotib, aktivis pendidikan Muhammadiyah. Sosok yang tidak
asing lagi bagi saya, meskipun belum dekat secara personal. Aktivitasnya yang
segudang plus gaya bicara yang khas, menjadikan beliau tambah berpengalaman. Hmm...luar
biasa.
Diawali dengan cerita khas. Diselingi
dengan guyonan yang menggelitik. Pemilihan diksi yang tepat. Seakan menambah
suasana baru untuk menatap pendidikan Muhammadiyah Way Kanan kedepan. Kata demi
kata meluncur pasti. Sampai pada kata “RubelMU”, yang masih sangat asing bagi
saya dan kawan-kawan lainya.
Rumah Belajar Muhammadiyah. Itulah RubelMu.
Ternyata sebuah wadah pembelajaran yang khusus diperuntukkan bagi warga
Muhammadiyah. Sistem yang dirancang dengan penggunaan IT canggih, dibuat saat
wabah pandemi covid-19. Salah satu tujuanya adalah agar lembaga pendidikan di
Muhammadiyah bisa tetap berjalan ditengah wabah covid-19 ini.
“Luar biasa”. Guman saya dalam hati.
Sebuah karya dari Pak Agus. Sosok sederhana bertalenta khusus. Kepribadian yang
tidak menunjukkan jika beliau adalah sosok penting. Kecerdasan dalam mengisi
kehidupan untuk sebuah pengabdian di Pendidikan Indonesia dan Muhammadiyah.
Pak Agus, Pak Khotib dan juga “anak-anak
Muhammadiyah yang hilang”, sedang berproses. Disela kesibukan yang berskala nasional,
masih setia mendedikasikan dirinya untuk Muhammadiyah. Saya sangat yakin bahwa
pesan Mbah Dahlan masih selalu mengiang. ” Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan
mencari hidup di Muhammadiyah”.
Materi gratis dari Pak Agus harus
dimaknai sebagai sebuah kiprah nyata di Muhammadiyah. Fleksibel juga merupakan
sebuah metode. Bagi Pak Agus, ber-muhammadiyah adalah adanya azas manfaat untuk
orang lain. Ini salah satu kisah yang bisa diambil saat proses pengurusan perguruan
Tinggi Milik Pak Yusuf Kalla, Wakil Presiden saat itu. “ Terimakasih Pak Agus,
semoga menginspirasi” ucap saya dalam hati.
Disebelah saya ada Mas Jayadi.
Begitulah saya memanggil untuk menunjukkan rasa keakraban dan kekeluargaan. Beliau
sangat antusias mengikuti kegiatan di Muhammadiyah. Bahkan, urusan sekolah dan
rumah sakit juga ditinggalkan sementara. Betapa hebatnya, semangat untuk
mengembangkan Pendidikan Muhammadiyah bersemayam dalam jiwanya.
Mas Jayadi merupakan sosok yang
bersahaja. Sosok sederhana. Sosok yang memiliki semangat tinggi. Namun siapa
sangka, dibalik semua itu, beliau adalah orang penting. Bahkan teramat penting
di rumah sakit. Ya, beliau adalah direktur RSHK Baradatu Way Kanan.
Inilah yang saya sukai di
Muhammadiyah. Atau lebih tepatnya saya bisa menikmati ritme perjuangan
Muhammadiyah. Lihat saja, dari Wakil Bupati, Kepala Dinas, para guru, Direktur
Rumah Sakit, Dosen dan profesi lainya bisa menyatu. Bercengkrama ria menembus
sekat-sekat sosial yang ada. Ya inilah Muhammadiyah Way Kanan. Organisasi yang
harus kita kembangkan bersama. Harus kita gerakkan bersama dengan beragam
prinsip.
Salah satu prinsip itu adalah menghidupi
prsyarikatan Muhammadiyah. Prinsip menghidupi Muhammadiyah bisa melalui banyak
hal. Bisa dengan aksi nyata, bisa dengan amal nyata atau lain sebagainya. Intinya
berkiprah di Muhammadiyah harus dengan aksi dan ikhlas. Sebuah prinsip yang
penting untuk memajukan Indonesia melalui Muhammadiyah.
Pada sudut yang lain, di rungan yang
sama. Ketua Nasyiatul Aisyiah (NA) juga tenggelam menikmati materi. Ibu Minati
namanya. Begitu sangat konsentrasi mengikuti uraian materi yang disampaikan. Sesekali
memainkan ponselnya untuk mengabadikan momen yang sangat langka. Saya yakin,
pasti akan di upload di Facebook. Ya, sebuah keniscayaan untuk menunjukkan
sebuah eksistensi. “Benar begitu ya, bu ketua?”
Dipenghujung agenda, Bu Hj. Fatimah
Kamino berharap agar bisa menyambangi bangunan SMP Muhammadiyah Baradatu yang
sedang dibangun. Meskipun hanya sebentar, namun itu akan sangat berarti. Ya,
sebuah moment bisa juga untuk membangkitkan semangat dalam berkarya. Dalam istilah
Pak Sukendro adalah “memaksimalkan spirit diusia senja”.
Ucapan terimakasih juga harus selalu
ada. Saya sangat kagum dengan perjuangan para Bunda PAUD/TK ABA Negara Batin. Sungguh
sesuatu yang luar biasa bentuk pengabdianya. Pun demikian dengan Bunda Indah. Meskipun
dari Bukit Gemuruh Way Tuba melalui jalan yang berliku, namun tetap semangat. Demikian
juga para bunda-bunda lainya. Semangat para bunda adalah sebuah harapan dan
keniscayaan.
Baradatu, 8 Agustus 2020.
Label: Muhammadiyah Corner