Sabtu, 29 Agustus 2020
By Munawar
Sponsored by Kopi NA
Matahari belum sempurna menampakkan diri
diujung timur. Angin pagi masih terasa dingin. Meskipun demikian, kicauan
burung Kutilang terdengar merdu sekali. Biarpun begitu, semangat para
"srikandi" untuk menuju kampung penghasil durian (Bukit Gemuruh) tetap membara. Semangat akan sebuah
perjuangan. Ya, semangat itulah yang selalu ada pada bidan Rina Legiowati. Bahkan
sedemikian semangatnya, perjuangan sosial ini dianggap sebagai refresing. “ iki pengabdian luar biasa mas, opo meneh
perjuangan neng Muhammadiyah.” ujarnya bersemangat.
Hmm...ya, nampaknya memang begitu. Semangat yang
ditunjukkan bukan hanya membawa serta sang “buah hati” saja. Bahkan membawa
serta dua bidan sekaligus. Nama keduanya adalah bidan Anggrid Viki dan bidan Eka
Lestari. Kedua bidan ini nampak enerjik, cantik dan juga bersemangat. Tidak nampak
kecemasan pada diri mereka, meskipun perjalanan terbilang cukup melelahkan. Ini
luar biasa, meskipun belum musim durian, namun tidak mematahkan semangatnya. Saya
yakin, keduanya-pun akan mengabadikan moment nanti dalam handphone nya.
Sementara, diujung perbatasan Way Kanan
lainya, para "srikandi" lain juga bersiap. Menempuh perjalanan yang “asyik” demi
sebuah perjuangan di Muhammadiyah. Rute Bahuga menuju Bukit Gemuruh bukanlah
rute yang nyaman bagi bunda Nosi Susilawati, bunda Mai Puji Fatmawati, atau Yani
Eka Putri. Nama terakhir ini, sengaja tidak saya sebut bunda. Saya kuatir, ada some one di Bahuga sana yang tertawa
membacanya. Bahkan bang Anton mewanti–wanti,
“ mas jangan dekati si Yani, bisa bahaya”,
seraya tertawa.
Pun demikian dengan sosok "srikandi" satu ini. Yunda
Minati, ketua Nasyiatul Aisiyah (NA) Way Kanan ini, sudah meluncur turun "gunung" bersama sang kekasih. Bagaikan
pengantin baru, keduanya berangkat bersama. Nampaknya, ikatan suci mereka,
menambah daya juang untuk mengabdi di Muhammadiyah. Saya berharap, keduanya
tidak lupa membawa kopi NA yang “aduhai” di lidah.
Dalam hati saya berguman,” hmm... Sepagi ini telah bergerak. Melewati pepohonan yang mulai
mengering. Bahkan, menyebrangi sungai Way Umpu. Salah satu sungai besar di Way
Kanan”. Inilah perjuangan dan pengabdian yang tidak tahu kapan berakhirnya.
Namun yang pasti, mengisi kehidupan melalui Muhammadiyah bukanlah “takdir” yang
harus ditakuti. Justru sebaliknya, harus bergembira.
Semangat untuk mengabdi pada persyarikatan.
Itulah semboyan yang selalu ada dan senantiasa menggelora. Pesan dari pendiri
muhammadiyah untuk menghidupi Muhammadiyah senantiasa ada. Apapun yang kita
bisa, berikanlah untuk Muhammadiyah, meski sisa waktu yang kita miliki. Inilah petuah
hebat. Petuah yang ada saat obrolan pagi sembari menunggu dan menyeruput hidangan Kopi NA yang disajikan oleh sang istri. Hmm...”mantap
nian”.
Pada tempat yang akan dituju, satu "srikandi"
juga sibuk. Bersiap untuk menyambut para “pejuang” Muhammadiyah. Dan sekaligus
mempersiapkan tempat untuk khitanan Lazismu Way Kanan. Sungguh enerjik benar Desi Indah Lestari. Putri dari ayahanda Iswandi ini. sosok dengan kacamata
khasnya, menambah anggun dalam balutan semangat. Terlebih lagi “mamas” juga
semangat membantu. Semoga, Oktober 2020 menjadi moment yang sangat
membahagiakan. Ups...jangan lupa undang kami ya...he.he
Hari ini cukup bersejarah. Hari dimana para "srikandi" bertemu meski tanpa durian tersaji. Hari yang luar biasa. Kalau dalam
istilah cerita Wiro Sableng, dari empat penjuru mata angin, para "srikandi"
bertemu. Ya bertemu di Bukit Gemuruh. Ini bukan fiksi ya. Hari bersejarah itu
terjadi. Sabtu, 29 Agustus 2020, pertemuan para "srikandi" Muhammadiyah terjadi. Saya
yakin, pertemuan ini tidak pernah terbayangkan oleh siapapun. Bahkan, ketua PDM
dan Bendahara PDM Way Kanan-pun, tidak pernah bermimpi menyaksikan para "srikandi"
ini bertemu. He.he
Khitan. Ya, memang benar. Khitanan di sekitar
Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) merupakan sebuah keniscayaan. Khitan ini
merupakan salah satu metode promosi bagi AUM bidang pendidikan. Yang tidak
kalah pentingnya, khitan ini sekaligus sebagai bentuk syiar dakwah Muhammadiyah
Way Kanan. Dakwah sosial bisa disebut begitu. Dakwah dalam praktek. Kegiatan yang
melibatkan banyak pihak, termasuk
Lazismu dan tim medis.
Saya tersenyum, sesampainya di PAUD NA Bukit
Gemuruh. Tersenyum bukan karena “drivernya” sang “presiden” Muhammadiyah Way
Kanan. Bukan juga karena jalan yang dilalui tadi cukup “menantang”. Bahkan,
bukan pula melihat debu yang beterbangan. Namun, dua hal saja; salah satu beban
persyarikatan telah selesai dan ekspresi kegembiraan “menteri keuangan”
Muhammadiyah Way Kanan berseri. Hal terakhir ini, menunjukkan bahwa meskipun tanpa
ada durian, namun pancaran semangat sudah kembali. Adakah hubungan antara Bukit
Gemuruh dan hidangan kopi siang ini? Entahlah...he.he
Bukit Gemuruh. Kampung penghasil durian,
menjadi saksi sejarah. Peristiwa yang terukir hari ini, bukanlah peristiwa
biasa. Bukan peristiwa sederhana. Melainkan sebuah peristiwa yang sangat “dahsyat”.
Peristiwa sejarah yang akan terekam erat dalam sistem memori yang “sempurna”. Mungkin,
batu-batu yang dipinggir jalan, atau lalu lalang kendaraan penganggkut batu,
memunculkan inspirasi lain untuk memajukan Muhammadiyah. Bukankah ide bisa juga
muncul dalam gerimis siang ini?
Sekilas saya teringat “pak AR”. Nama lengkap
beliau adalah Abdur Rozak Fachruddin. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pemegang rekor terlama sebagai ketua umum. Ya, beliau memimpin Muhammadiyah
selama 22 tahun, yakni tahun 1968-1990). Ungkapan beliau yang cukup menarik
adalah, ” Ketika kita menjadi
Muhammadiyah, maka pertanyaannya adalah bukan apa yang bisa Muhammadiyah
berikan kepadamu. Akan tetapi apa yang sudah kamu berikan kepada Muhammadiyah,”.
Hari boleh berganti malam dan redup. Namun semangat
ber-Muhammadiyah harus tetap menyala. Peristiwa pertemuan para "srikandi" dari empat
penjuru mata angin merupakan bagian dari sejarah panjang Muhammadiyah Way Kanan. Masih
banyak “hal lain” yang bisa kita selesaikan secara bersama-sama. Dalam istilah lain,- maaf kalau salah
penulisan-, “mak kham sapa lagi, mak ganta kapan lagi”.
Bukit Gemuruh, 29 Agustus 2020
Label: Muhammadiyah Corner
Jumat, 28 Agustus 2020
By: Munawar
Di
kalangan kawula muda Muhammadiyah Way Kanan, pasti mengenal sosok yang murah
senyum ini. Pribadi yang punya beragam talenta. "seabrek" Aktifitas.
Segudang prestasi. Sangat sibuk. Jadwalnya sangat padat. Meskipun demikian,
istri-nya juga tetap satu. he.he."Tipe suami setia", kata bang Lukman.
Namanya
Eko Prasetyo. Nama panggilannya Eko. Namun nama beken nya adalah
"pa'de". Entah siapa yang memulai menyematkan label ini pada sosok
murah senyum. Yang pasti, panggilan " Pa'de lebih populer di angkatan Muda
Muhammadiyah Way Kanan. Sungguh, bisa menjadi joke saat prtmuan terjadi.
Hari
ini, Jum’at, 28 Agustus 2020, separuh waktu ia dedikasikan untuk Lazismu Way
Kanan. Dengan semangat yang membara, Pa'de senantiasa siap berbuat kebajikan.
Memberi dengan apa yang ia miliki. Menyediakan kendaraan untuk membantu.dan
yang pasti, menyediakan waktu untuk berbagi. Memberi untuk negeri, demikian tagline lazismu.
Maka,
tidak heran saat mas Aji Setyoko meluangkan waktu untuk mengkhitan, Pa’de
langsung pasang kuda-kuda "siap". Tanpa harus mempertimbangkan tugas
yang sedang di garapnya. Ya, mas Aji dan Pa’de, sosok dibalik layar suksesnya
kegiatan Jumat berbagi bersama Lazismu Way Kanan. Kalau dalam istilah bang Saripudin,
keduanya merupakan sosok " Pejantan Tangguh",
ala shela on7. He. He
Jumat
ini, 5 anak dikhitan. Kegiatan sosial Lazismu yang di backup Pemuda Muhammadiyah Way Kanan. Kreatifitas berbagi untuk
sesama di wujudkan dalam bentuk sosial. Beruntung juga, mas Aji dan tim nya menyediakan
waktu selepas sholat Jumat. Kombinasi yang bagus, bidang kesehatan dan langsung
turun tangan. Bukan seiring sejalan, kalau istilah ketua PDPM Way Kanan. Sebab
bisa bahaya, sang satu di siring dan yang satu di jalan. Mak pandai sehaluan dalam persepsi bang Darius. He. He.
Kampung
Umpu Kencana, kembali menjadi saksi atas berjalannya program sosial Lazismu Way
Kanan. Sebuah prasasti kebaikan kembali digoreskan. Alam pun menyaksikan
tetesan darah yang di khitan dan peluh keringat para "pekerja"
Sosial. Inilah salah satu bentuk "jihad" Versi Aan Haryadi. Ya, jihad
sosial, meneguhkan kebenaran, berbuat kebaikan semesta.
Tangisan
anak-anak adalah biasa. Meskipun laki-laki, menangis adalah hal yang tidak
terelakkan dalam situasi tertentu. Tangisan tersebut akan berbuah kebaikan dan
sekaligus penanda mengikuti ajaran agama Islam. Karena khitan hukumnya wajib
bagi laki-laki. Dalam posisi ini, satu pertanyaan muncul, apakah saat khitan
dulu, bang Emon dan kang Dadang nangis ya? Entahlah...
Yang
pasti, bukan tangisan anak-anak itu yang menjadikan kegiatan ini nampak ramai. Akan
tetapi, sambutan masyarakat yang luar biasa. Barangkali Pa’de juga tidak pernah
membayangkan tentang animo ini. Antusias kalau meminjam istilah kang Supangat.
Menjadi
kebahagiaan tersendiri, saat Pimpinan Daerah Muhammadiyah datang. Ini bagian
dari support tersendiri. Ibarat kapal
yang hampir macet, membutuhkan tenaga tambahan. Dengan tambahan energi itu, menjadikan
suasana bertambah semangat. Terlebih lagi Pa’de selalu sibuk dengan jepretan kameranya.
Entah moment mana yang menariknya.
Terimakasih
Pa’de. Semoga kiprahmu mampu menginspirasi kawan-kawan. Menginspirasi bahwa ini
adalah gerakan bersama persyarikatan Muhammadiyah. Memotivasi agar mau
menjenguk sambil ngobrol kesana
kemari. Dengan begitu, rasa memiliki persyarikatan akan tumbuh secara perlahan.
Terimakasih
juga para Muzakki atau donatur. Sekecil apapun infaq yang telah diberikan, Insya
Allah sangat membantu. Demikian juga mas Aji dan tim medis, terimakasih, semoga
Allah SWT memberkahi selalu.
Pa’de,
tetap semangat ya. Ajak kawan-kawan lain juga semangat berfastabiqul khairat. Yakin
saja pa’de, label yang di berikan akan selamanya menyatu bersama motor
itu.he.he.
Label: Muhammadiyah Corner
Minggu, 23 Agustus 2020
Oleh : Iwan Ridwan
Alhamdulillah, perjalanan
hari ini untuk sinau dan bersilaturahim
dengan Ketua PCM Banjit Ayahanda Samijo Al-Mursyid yang bertempat tinggal di
kaki bukit Punggur. Berangkat dari rumah ba'da
jum'at. Di tengah perjalanan saya berhenti sebentar, melihat tanjakan jalan
yang cukup terjal dan di sisi kiri jalan terlihat jurang. Sementara,
sejauh mata memandang hanya hamparan
perkebunan kopi serta bukit nan jauh disana yang terlihat indah.
Ketika melihat bukit itu,
dalam hati berkata “apa mungkinkah saya
sampai disana”. Menyebrangi sungai, jalan tanah dan berbatu terjal,
sepanjang jalan setapak melewati perkebunan kopi dan karet dimana jika hujan
licin dan berlumpurakan sangat sulit melalui jalan itu. Tidak bisa saya
bayangkan gimana Ayahanda Samijo selama ini berjibaku dan tinggal di kawasan
perkebunan dan semangat nya dalam
berdakwah di daerah perbukitan beliau jalani dengan adem ayem.
Hampir satu jam lebih
perjalanan akhirnya saya sampai di rumah Ayahanda Samijo di dusun Pematang
Rindu Kampung Menanga Siamang kecamatan Banjit. Kami ngobrol sharing bercerita perjalanan dakwah
Muhammadiyah memang tidak semudah membalik tangan apalagi didaerah terpencil
dan masyarakatnya masih awam dengan Muhammadiyah.
Tidak jauh kok bukit itu,
nyaman dan indah. Itulah hikmah dari perjalanan hari ini. Gunung atau bukit itu
ibarat puncak kesuksesan, dimana ada
proses panjang, rintangan, berliku, beresiko untuk sampai di puncak gunung.
Nikmati perjalanan menuju bukit itu, nikmati prosesnya, nikmat itu ketika
sampai puncaknya.
Pematang Rindu, 31 Juli 2020.
Label: Muhammadiyah Corner
"Cendikiawan
itu adalah orang yang bekerja untuk
kemashlahatan orang banyak tanpa membeda bedakan, cendikiawan itu manusia yang
menggunakan akal fikirannya untuk kepentingan kemanusiaan " BJ. Habibie
Blambangan Umpu 16 Agustus
2020, cuaca pagi cukup hangat suhu berkisar 27 derajat
celcius, dengan kecepatan angin 11km/perjam dengan visibilitas merambat dari 9
KM menuju 12 KM, cerah namun tertutup awan, peralihan musim dari basah ke
kemarau khas iklim daerah river basin. Demikian laporan satelit cuaca dalam
pengamatan pagi itu. Bendera merah putih berkibar kibar ditiup hembusan angin
kering menuju barat daya yang kering
khas benua Australia. Esok ada janji
dengan bapak, setelah upacara kami akan diskusi ringan tentang sebuah buku,
bapak selalu memprovokasi saya dengan buku. Bapak adalah salah seorang yang
mungkin orang tidak banyak tahu bahwa bapak kolektor buku-buku langka. Jika ada
waktu luang hingga dini hari bapak sering bincang bincang tentang buku buku
klasik semisal karya L. Stoddard, JC. Maxwell bahkan dengan papan tulis tak
canggung menyusun kurva kurva 'ala' Fukuyama. Bahkan sekali kali
"nyerempet" Pemikiran Yuval Noah Hararie. Bapak penyuka hipotesa Kualitatif yang detail.
Pagi itu... Pukul 05.18
membaca "broadcast" berita tentang wafatnya bapak. Bapak pergi
menghadap pencipta "kitab semesta", hati ini guncang, duka mendalam
bagi saya dan hampir saya pastikan begitu banyak orang merasakan hal yang sama
dengan saya.
Dr. Drs. Hi. Edward Anthoni.
MM. Nama lengkap beliau. Orang kebanyakan memanggil " Pak Ed.. ",
jabatan aktif beliau Wakil Bupati Way Kanan. Namun tetap saja orang kebanyakan
memanggil " Pak Ed.. " Mungkin
karena beliau sosok yang Humble, smart
dan multitalenta yang pasti suka tertawa dan gemar menyapa.
Tanggal 6 Agustus 2020 ,
pukul 10.21 WIB, handset saya bergetar masuk pesan dari bapak yang mengabarkan
keadaan dirinya yang sakit. Namun seterusnya seperti yang kita tahu bahwa bapak
sakit terpapar "Covid 19", yang memaksa beliau harus istirahat dan
kemudian wafat pada tanggal 16 Agustus 2020.pukul 04.30.wib.
Beliau adalah sosok yang
sukses pada tiga matra sekaligus.
Matra Birokrat. Peran
sebagai birokrat karir, beliau sukses menghantarkan Kabupaten Way Kanan
mendapatkan predikat WTP dalam hal pengelolaan keuangan daerah.
Matra Sosiokuktural , peran
beliau sebagai masyarakat dengan menjadi Ketua Ormas Muhammadiyah , dua periode yang menghantarkan organisasi ini
mengembangkan ortom-ortomnya, dan menyusun blueprint
amal usaha Muhammadiyah.
Matra Kekhususan, peran
beliau sebagai akademisi di beberapa perguruan Tinggi. seperi Universitas
Baturaja, Universitas Bandar Lampung, Universitas Muhammadiyah Lampung, STIH
Muhammadiyah Kotabumi dan Dosen Luar Biasa di Universitas Lampung.
Tidak banyak orang yang
mampu menjalankan tiga peran itu sekaligus seperti almarhum Pak Ed, yang
akhirnya menghantarkan beliau menjadi Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
Organisasi Daerah Way Kanan (ICMI Orda Way Kanan).
Dalam sebuah obrolan sebelum
saya berangkat untuk mengikuti kursus singkat kepemimpinan, beliau mengatakan " Dibuku Maxwell ditulis, Kepemimpinan
itu persoalan "legacy", kita mau meninggalkan apa, sustainable gak..,
kalo legacy mestinya sustainable, karena dia bersumber dari kebaikan Ilahiyah
(Alquran dan Hadist) seperti Rasulullah SAW itu loh, gitu.. " Khas
logat beliau sambil tangannya menunjuk ke buku "Djamaluddin Ancok".
Bapak sudah membuktikan
bahwa bapaklah legacy. Berdakwah sambil bekerja, dan bekerja untuk dakwah.
Kalimat Sami'na wa atho'na, bapak
sederhanakan menjadi kata kata " bersyukur untuk sadar diri, tahu diri
".
Allahumma firlahu warhamhu, WA
a'fihi wa fuanhu. Selamat jalan bapak.
Label: Muhammadiyah Corner
Rabu, 19 Agustus 2020
Menumbuhkan Semangat Dalam Bermuhammadiyah
0 komentar Diposting oleh ALI SHOLIHIN di Rabu, Agustus 19, 2020
Muhammadiyah
adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar dengan
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan
bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah,
akhlaq, dan mu'amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan
mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan
lil-'alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Oleh karenanya, mengisi dan mengembangkan Muhammadiyah
harus semangat dan ikhlas. Semangat untuk memberikan yang terbaik sesuai amanah
yang diberikan dan sekaligu ikhlas dalam melaksanakan tugas yang telah
diberikan. Karena mengurus Muhammadiyah berbeda dengan menjalankan roda
birokrasi. Mengurus Muhammadiyah berarti menghidupi persyarikatan, bukan
mencari hidup di persyarikatan.
Muhammadiyah adalah organisasi kader. Muhammadiyah harus
menumbuhkan kader-kader baru untuk meneruskan perjuangan persyarikatan. Kader yang
benar-benar mampu menggerakkan Muhammadiyah; menyebarkan nilai-nilai kesilaman
dan sekaligus mempraktekkan nilai tersebut dalam kehidupan nyata.
Memang, pada saat ini, Muhammadiyah Way Kanan sedang
berduka. Kehilangan sosok yang selama ini menjadi tempat berdiskusi dan
sekaligus mencari solusi atas problem keumatan di Way Kanan. Sosok yang sangat
sederhana, berjiwa sosial tinggi; menghargai tanpa membedakan kelas sosial;
mempunyai kedekatan disemua kalangan; dan sosok yang bersahaja.
Ayahanda Edward Anthony memang sudah meninggalkan kita. Namun
roda persyarikatan harus tetap berjalan secara berkesinambungan. Untuk menjalankan
persyarikatan, kebersamaan adalah faktor yang paling utama. Dalam Muhammadiyah
tidak mengenal kata senior dan yunior. Artinya untuk menghidupi Muhammadiyah
semangat kebersamaan adalah hal yang sangat prinsipil.
Meskipun secara fisik Ayahanda telah tiada, namun
nilai-nilai semangat dalam memajukan Muhammadiyah patut kita teladani bersama. Semangat
inilah yang akan mampu menjadikan Muhammadiyah bisa berkembang dan dirasakan
secara langsung oleh masyarakat.
Sebagaimana amanah Ayahanda, bahwa Muhammadiyah mempunyai
kewajiban membantu Pemerintah Daerah; membantu Bupati Way Kanan. Membantu untuk
kemaslahatan umat dan masyarakat Way Kanan. Memberikan support kepada Bupati,
sekaligus memberikan masukan-masukan demi kemajuan kabupaten Way Kanan.
Peran ini mutlak untuk dilakukan oleh Muhammadiyah Way
Kanan. Sebuah peran yang akan memberikan kontribusi positif bagi Pemerintah
Daerah dan bagi Masyarakat. Peran yang juga sekaligus sebagai wahana berdakwah
untuk mewujudkan Way Kanan yang berkemajuan.
Disampaikan pada Rapat unsur
Pimpinan PDM Way Kanan, 18 Agustus 2020.
Label: Info Terkini
Selasa, 18 Agustus 2020
Oleh : Iwan Ridwan
Dikdasmen PDM Way Kanan.
Pagi ini suasana cerah
dengan udara segarnya menaungi bumi Ramik Ragom Way Kanan. Meskipun suasana berduka dirasakan seluruh
masyarakat Way Kanan dari berbagai lapisan. Kehilangan pemimpinnya Wakil Bupati
Way Kanan, Ayahanda Edward Antony yang telah menyelesaikan tugasnya sebagai “Khalifa”
di bumi, tentunya meninggalkan kesedihan. Ayahanda Edward Antony adalah sosok yang cerdas, berintelegensi diatas
rata-rata, ramah kepada semua orang bahkan dengan anak kecilpun, selalu
tersenyum, humoris , tertawa dan gaya bicara yang penuh semangat, memiliki etos kerja yang sangat baik.
Saya pribadi mengenal beliau
sejak tahun 2009, ketika itu beliau masih bertugas sebagai Kepala Dinas P2KA
Kabupaten Way Kanan. Mungkin tergolong baru karena saya sendiri hijrah dari
Malang tahun 2005. Ada hal yang berkesan dari selama saya kenal dan
berinteraksi dengan Ayahanda Edward Antony, setelah beberap kali bertemu di
kantor Dinas P2KA Way Kanan, sekitar tahun 2014 di bulan Juli pada hari Jum’at,
Ba’da Subuh saya mendapat sms dari beliau , isi pesan smsnya “ Wan kalo gak sibuk ke kantor, tapi kantor Bapak sudah pindah
di Asisten Bupati Kompleks Kantor Pemda, masih di Blambangan ini Wan”, saya
jawab "iya Pak".
Dengan penuh tanda tanya, saya berkata, "kok tumben Ayahanda chat". Dengan langkah pasti, berangkatlah saya menuju Kantor Pemda. Agak bingung sedikit untuk mencari ruangan Ayahanda. Saya sempat berkeliling dan mencari-cari ruang Asisten Bupati. Kemudianbertanya kepada salah satu staf resepsionis di Kantor Pemda Way Kanan.
Ketika sampai di ruang
Asisten Bupati, ruang kerja baru Ayahanda Edward Antony, menyapa dan
mempersilahkan saya masuk. Saya duduk dan memandangi seluruh ruang kerja beliau
,ada kursi dan meja untuk menerima tamu, Meja kerja Asisten Bupati dan
Televisi. Di ruangan itu hanya ada kami berdua, duduk bersebelahan seakan tidak
ada batas antara pejabat dengan bawahan yang ada seorang Ayah dan Anak duduk
sambil nonton TV berdua sambil ngemil snack
yang ada dimeja.
Pembicaraan atau lebih
terkesan ngobrol biasa, saya nyeplos begitu saja.
“enaknya Pak ruang kerja baru ini luas
perabotnya lengkap, tidak lagi bising, hiruk pikuk staf yang lalu lalang, dan
lebih adem, santai sambil nonton TV”. Ucap saya.
Sambil ngemil kacang Ayahanda menjawab celoteh saya
“ Wan Bapak sekarang ibarat
pohon itu sudah tinggi, tapi tidak berbuah, terpaan angin begitu kencang, jika
musim hujan ada petir, pohon tinggi yang pertama tersambar oleh petir itu.”.
Terdiam seribu bahasa,
sangat dalam sekali ucapan beliau bagi saya. Ayahanda banyak nasehat beliau
pada hari itu dan terkait etos kerja, baik hubungan vertikal atau horizontal
dan yang terpenting itu dalam dunia ini Hablum
Minallah dan Hablum Minannas
harus seimbang. Tak terasa jam menunjukkan pukul 11. 00 WIB Ayahanda mengingatkan sebentar
lagi masuk waktu sholat Jum’at, Saya bersiap mau pulang, tapi masih sempat
menayakan tujuan Ayahanda memanggli saya apa? beliau denga singkat menjawab “ pingin ngobrol saja , sepi diruangan ini
Wan”.
Gedê
Roso
juga salah satu nasehat Ayahanda Edward Antonty yang membuat semangat saya
untuk menjadi dan merasa besar, meskipun kita kecil, minoritas dan belum punya
kemampuan. Gedê roso kita harus
percaya diri, berani memulai, berani berkarya untuk hasil pikir mburi, tidak usah takut dengan
kegagalan. Pantang berkata tidak bisa dengan Semangat Gedê Roso. Kita bisa memilih Rasa sesuai keinginan kita. Roso atau Rasa bisa menjalar dari ubun-ubun hingga ujung kaki , kudu iso rumongso, harus bisa merasa,
rasa berbagi kasih sayang dengan sesama warga, lingkungan tempat kita tinggal
ataupun tempat kita bekerja. Gedê roso
atau kepekaan di hati, pikiran inilah yang mendekatkan kita dengan Allah SWT
yang Maha segalanya dalam kajian-kajian ditiap minggu, karena kita bagaikan
sebutir pasir di padang pasir di alam semesta ini.
Banjit, 06.00 AM
18 Agustus 2020
Label: Muhammadiyah Corner
Oleh: Antoni Faura. PCPM Bahuga
Beliau
adalah DR. Drs. H. Edward Antony, MM. Wakil Bupati kabupaten Way Kanan.
Beliau
juga adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah kabupaten Way Kanan periode 2005 s/d
2015. Beliau memiliki sifat prilaku baik, ramah, dan sederhana. Sifat dan kepribadian
yang senantiasa melekat pada diri nya.
Inna lillahi wa innailaihi
rojiun...
Beliau
wafat pada tgl 16 Agustus 2020 sekitar pukul 04.49 WIB di ruang isolasi RSU
Abdul muluk Bandar lampung. Sebelum nya beliau sempat di rawat di Rumah sakit
tersebut selama 6 hari setelah dinyatanya Positif Covid-19, dengan pasien nomor
310.
Kepergian
nya meninggalkan sejuta kenangan. Canda, tawa dan tutur sapa yg khas dari nya
kini tinggal cerita. Semuanya tertanam dalam memori sejarah yang tak pernah
terlupakan. Ayahanda, semua cerita tentangmu, terekam erat dan tercatat dalam
Tak
pernah kami menduga, bahwa kebersamaan kami akan berakhir sesingkat ini. Dia
pergi ketika kasih sayang kami kepada nya berada di titik puncak nya. Ratapan
hati dan kesedihan hati kami tak ubah bagai rasa patah hati nya sepasang
kekasih.
"Jangan pernah Bosan
untuk berbuat baik.." itulah
pesan yg di sampaikan Beliau kepada kami pada saat MUSDA Ke-4 PDPM Way Kanan
beberapa waktu lalu. Kalimat itu tidak hanya sekedar ucapan nya saja. Mungkin
kalimat itu sudah tertanam sebagai salah satu prinsip bagi nya. Terbukti ketika
kepergian beliau menghadap sang pencipta, semua orang memberikan kesaksian nya
kepada sang khaliq, bahwa beliau adalah orang baik, bahkan sangat baik. Semua
orang merasa kehilangan atas kepergian nya.
Kepergian
Ayahanda saat wabah sedang melanda di negeri ini. Wabah yang menjadi pandemi,
juga menyerang Ayahanda. Insya Allah beliau syahid. Wabah yang sedang
berlangsung, membuat semua orang tertahan untuk membersamai dan menghantar kan
nya ke tempat peristirahatan terakhir.
Ketika
proses pemakaman berlangsung, Tak kuasa batin ini membendung tetesan demi
tetesan air mata yg semakin deras mengalir di pipi kami. Sungguh begitu dahsyat
nya pukulan wabah ini, yg menjadikan hanya orang2 berpakaian serba putih nyaris
menutupi semua tubuh nya bak “astronot” luar angkasa yg hanya diperbolekan
untuk melakukan proses pemakaman nya. Sementara kami hanya bisa menyaksikan
proses pemakaman nya dari kejauhan, diluar garis polisi yg dipasang oleh
petugas, bahkan sebagian besar orang2 yg menyayangi nya hanya bisa
menggantungkan asa untuk menyaksikan pemakaman nya dari media2 Online. Pemandangan
ini yg menambah duka yg mendalam bagi kami orang2 yg mencintai nya.
Selamat
jalan Orang Baik..
Selamat
jalan ayahanda Edward Antony bin Bastoni.
Semoga
Syahid melabelimu di Surga.
Husnul
khotimah Ayahanda, Semoga Allah SWT menempatkan mu di Surga NYA,
dan
semoga Allah SWT segera Memusnahkan wabah covid-19 dari muka bumi ini.
Aamiin..
Label: Muhammadiyah Corner